Sabtu, 04 April 2015

Friendzone? Or More?


Tak ku duga dan tak ku sangka semuanya seakan berjalan begitu singkat. Inikah rasanya jadi mahasiswa? Setelah sekian lama vakum tak mengeyam bangku sekolahan. Sejak setahun setengah yang lalu aku lulus dari masa penuh suka-duka putih abu-abu dan kini melangkah ke duniakerjaan yang tentu mengalami pasang surut. Dengan keberanian membulatkan tekad akhirnya ku beranjak memasuki bangku perkuliahan. Disini aku berniat ingin “ menaikkan taraf hidup keluarga, tentunya dengan merubah nasib mendapatkan penghasilan yang lebih dari cukup dari yang sekarang”. Namun apa daya diselingi dengan niat yang baik terselip kesalahfokusan sehingga melibatkan masalah perasaan. Oh God errrr kalo sudah bicara soal perasaan, dunia disekelilingku ini seolah berhenti berputar.






Waktu kini menunjukkan hampir tengah malam. Kurang dari dua menit lagi aku sudah berada dikeesokan hari. Hahah. Aku masih belum punya niat menidurkan sementara mata indah ini. Aku masih ingin mengupas dan berbagi apa yang kurasakan saat tadi bersamanya*ups dan saat ini aku ingin menuangkan ketidakjelasan rasa ini. Arggggh ingin rasanya ku teriak dalam hening malam dan menanamkan satu hal “Woy, dilarang jatuh cinta. Apalagi dengan classfriend oo !”








Bukannya aku sedih, Cuma anuegrah terindah dari Tuhan, kedua belah mataku ini mulai berkaca-kaca. Entah mungkin aku ngantuk. Atau sekarang lagi dalam masa meriang *read : merindu kasih sayang* alahhh. Ini kemungkinan dari opsi terakhir. Yang jelas mataku seperti nya mulai lelah menatap layar yang sedari tadi diam saja tak berkomentar melihat, membaca, dan merasakan ketidakjelasan tulisan ini. Mungkin dia lelah. Haha yasudahlah jangan bahas benda mati. Beralih keorang hidup. By the way atas perlakuannya tadi apa itu bisa disebut aku bahagia? Entahlah setelah sepersekian lama aku memikirkan jawaban ini tak kunjung muncul. Ada sesuatu yang beda, Cuma kupikir ini bukan seperti rasa aku pertama kali jatuh cinta, semaput jantung berdetak dengan berirama cukup cepat tak kuperoleh saat bersamanya. Hmm disini kadang saya merasa aneh?-_-


*backsound Adera : Bahagia Bersamamu*





You Know What? Dengan tak berdosa ia memegang tanganku dan menggenggam nya hangat. Maksudnya apa? Aku memang sayang padanya karena ia temanku. Mungkin lebih haha. Semua berawal dari jabat tangan itu di hari pertama perkuliahan dimulai, mungkinkah? Ingatkah kamu bagaimana cara kita berkenalan pertama kali?







Dibawah sinar rembulan yang sudah mulai penuh. malam ini adalah malam dimana banyak orang gencar membicakan masalah Gerhana Bulan Merah bertepatan pula dengan malam minggu. Argg bagiku semua malam sama saja “#jombloakut haha. Bermandikan cahaya bulan kami berdua memandangi ciptaan Tuhan itu bersama. Beberapan candaan dan banyolan tersajikan olehnya dan tersapaikan padaku hingga ku proses menjadi unsur gelak tawa. Hmm satu hal yang aku tau dan perlu digaris bawahi saat itu “Bersamanya semuanya tidak akan berjalan membosankan. Hidup ini indah”. Tetaplah seperti itu beib. Status teman tapi mesra ini membuat kami terjebak dalam perasaan ingin memiliki hati masing-masing tanpa ada keterikatan satu sama lain, tapi tak menutup kemungkinan suatu hari nanti kita akan melangkah kejenjang yang lebih serius. Bukan saatnya lagi untuk main-main. Biarkanlah kami dengan cara ini saling mengenal.





Entah sudah seberapa lama aku tak merasakannya. Aku berdoa semoga proses move on ku kali ini berjalan sempurna. Aku sungguh ingin lepas dari bayangannya. Tolong teman bantu aku. Aku percayakan hatiku untuk diasuh sementara olehmu tanpa kuberikan sertifikat hak milik. Bukankah kita teman? Teman ku yang lancang sudah mengambil ciuman itu. Aku bingung harus senang atau marah atau harus bagaimana. Yang jelas aksi mu tadi itu membuatku terjekut. Aku seperti mati kutu tak kuasa menolak. Arrgh setan mana yang telah merasukiku sehingga ku membiarkan saja ia mengambil dan mengecup bibir ranum ini. Apa ini gejala kekurangan kasih sayang?-_- Hey You yang ngakunya temen! Mau dibawa kemana kisah ini?!





Yang lebih mengejutkan lagi tiba-tiba saja ada kata tak biasa yang terselip dari mulutnya “LOVE YOU” dua kata yang singkat penuh maksna itu engkau singkap kepadaku. Hah, aku seolah tak mendengar meminta dia mengucapkan kembali. “love you” Terkesan seirius namun begitu cepat karena ia langsung pergi memutarbalikkan topik. Aku berpura-pura bersikap biasa saja seperti tak terjadi apa-apa. Padahal ribuan teori sudah mulai bertumbuhan dikepalaku. Benarkah ia? Begituhkah perasaannya? Apakah ini hanya gurauan belaka? Apakah ini hanya pemanis buatan yang sengaja disuguhkan untuk teman baru? Tapi ia tak meneruskan lebih lanjut. Baiklah ini kuanggap hanya angin lalu INTERMEZZO dari perbincangan kami malam ini. Antara aku, dia, dan sang rembulan.