Selasa, 18 November 2014

Hey Norak! Love You Part 4 + 5 "Fakta Baru Cerita Lama?"

14-10-2008



Penampakan mentari yang cerah hari ini sepertinya juga ikut berbahagia menyambut weekend untuk kesekian kali. Seperti halnya aku. Akhirnya aku bisa bernafas lega. 4 hari berlalu sudah. Kini aku resmi jadi Mahasiswi Merdeka sesungguhnya di kampus baru impian ku, UNBRAW MALANG. Semua yang sudah terjadi kemaren-kemaren sungguh tak kan ku hapus dari benakku. Termasuk hari-hari yang sudah kutiti selama mengikuti acara sakral tiap-tiap memasuki sekolah baru yang sesungguhnya tak terlalu penting. Tetapi berbeda dengan cerita 4 hari di brawijaya kemaren. Ada sensasi yang sebelumnya tak pernah ku rasakan. Sehinga tercipta kenangan-kenangan, dengan sadarnya selalu ku abadikan moment sensational tersebut dengan memotret nya lewat bingkisan kalimat-kalimat yang aku ukir sendiri. Namun dengan harapan semua yang sudah ku goreskan di dalam buku sakti ku itu, siapapun tak kan kurelakan untuk membacanya walau hanya sebait kata tak terkecuali yang satu darah denganku. Privasi ya tetap privasi. Akan ku jaga dan kusimpan baik-baik. Namun apa mau dikata memang aku yang ceroboh. Pada malam itu……………………………………………



*flashback*

Hujan turun begitu deras malam. Malam dimana aku harus menyelesaikan sebuah Puisi Cinta mengandung kata-kata indah ala-ala penyair. Puisi yang nantinya akan dibacakan didepan semua makhluk kampus yang berpatisipasi dalam kegiatan pengenalan tersebut. Namun ada sebuah keharusan untuk ditujukan kepada salah satu masen sesuai dengan undian yang diambil. Oh shit lagi dan lagi aku tak mampu terlepas dari belenggu si malaikat itu. Ya pusi ku itu akan berbicara tentang Shandi. Mengapa selalu dia yang harus kuhadapi? Apa ada konspirasi terselubung yang mengatur semuanya tak ku ketahui. Puisi ini adalah tugas terberat yang aku harus bawakan besok untuk pelaksanaan kegiatan di hari ospec terakhir.



Dengan sangat tidak ikhlas aku memulai untaian kata. Awalnya aku tak kuasa untuk menyerah. Ini bukan hobi ku memuji-muji seseorang yang menyebalkan seperti dia. Namun dengan keprofesionalan aku mencoba mengerahkan semua kemampuan menulis ku. Walau berat, aku tak kan membiarkan siapapun memiliki persepsi bahwa tulisan ku jelek. Ini adalah harga diri sebagai seseorang yang bercita-cita menjadi penulis. Akhirnya aku sanggup menyelesaikannya dengan mulus. Didepan cermin yang bertekstur kuno itu ku peragakan isi pusinya mencoba berlatih dan mencari kejanggalan kata mana yang masih harus disempurnakan. Baru beberapa bait tiba-tiba ada suatu rasa yang memaksaku menghentikan membacanya. Rasa melilit di dalam perutku yang tak diundang kini menjalar keseluruh bagian tubuhku. Dengan langkah seribu ku berlari ke toilet. Tanpa memperdulikan apapun aku lupa menutup pintu kamar dan membiarkan puisi mentah yang masih ku tulis di buku diary itu terbuka terhirup angin malam di atas meja tergeletak menyendiri. Sialnya ada seseorang yang menyelundup masuk ke kamarku dan membongkar privasi ku. Pria itu sungguh tak kan ku maafkan. Bukan menghargai perasaan adiknya ia malah mengejek ku. Entah berapa banyak yang telah ia baca di dalam buku curahan hati ku itu. Yang aku tarik kesimpulan adalah …





*sebelumnya*

Rendy yang masih asik dikamarnya dengan headphone sambil mangguk-mangguk awalnya tak berniat untuk keluar dari kamarnya yang bernuansa rock & roll tersebut. Tidak memperdulikan seberapa lebat hujan diluar dan seberapa dingin hawa yang menyelimuti kamarnya. ia tetap dalam dunianya sendiri memainkan sebuah gitar elektrik kesayangannya.Tapi sepertinya rasa lapar yang menyergapnya mendesaknya untuk menghentikan kegemarannya. Setelah menemukan beberapa bongkah kue di dapur dan merasa cacing di perutnya berhenti berdemo. Ia teringat ingin meminjam DVD Room kepada adik semata wayang nya, shofie. Bergegas ia terbang menuju ke kamar shopie. Tanpa salam sebelumnya melihat pintu kamar terbuka ia langsung menerobos masuk. “Lohh, mana si shofie? Diculik gendorowo ya tuh anak”, tukas nya sembarangan. Shofie yang masih tentram di dalam toilet tak mungkin berpikir ada penjahat privasi sedarah didalam kamarnya. Tidak ada niatan untuk mencari dimana adiknya ia malah meubrek-ubrek isi kamar shofie mencari apa yang diinginkannya. Dengan usaha yang maksimal rendy menemukan jua dvd room milik shofie tersebut. Ingin segera keluar dari kamar, pandangannya tertarik pada sebuah buku kuning tergeletak terbuka diatas meja belajar shofie. Dengan rasa kepo yang menggebu-gebu ia mulai membaca rangkaian kata disana. Tidak ada rasa bersalah didalam hatinya ia malah membacanya jelas kata demi kata menginginkan langit-langit dan dinding-dinding kamar mendengarkannya suaranya diolah-olah penuh penghayatan mengejek. Ia memulainya dari halaman paling belakang. Tertulis :


“ Untuk Malaikat Tanpa Sayap ku, Shandy … “
Tak ada yang tahu kapan seseorang dipertemukan
Jua kapan dipisahkan
Begitu juga dengan kita
Kita yang terdiri dari aku dan kaka
Kita yang sudah beberapa hari yang lalu dipersuakan dengan cara tak biasa
Kita yang kuharap takkan menemui perpisahan luar biasa
Batin ku terus mengingat nama kaka
Jiwa ku selalu merindukan sosok kaka
Raga ku makin ingin dekat dengan kaka
Sungguh ada rasa yang tak biasa kurasa
Izinkanlah aku meneriakkan segera
Aku tak kuasa
Aku ingin bersuara
Aku takut jatuh dalam cinta
Aku takut jatuh dalam kasih
Aku jua takut jatuh dalam rindu
Aku takut tapi aku ingin
Shandi oh shandi
Adikmu yang lancang ini rela untuk dihukum
Dihukum dan dipenjarakan dalam bayang-bayangmu
Sesaat atau mungkin selamanya…”




Seketika seisi kamar dipenuhi suara rendy yang menggelegak tawa seusai menyelesaikan kalimat terakhir. Tanpa komentar banyak rasa ingin tau nya berlanjut. Halaman kedua dari belakang. Tertulis:

Hari Ospec ke-Tiga…
Hari yang ku duga biasa ternyata luar biasa. Mulanya semuanya berjalan dengan lancar sesuai porsinya. Aktivitas permainan-permainan yang kami lewati sepanjang siang ini membuat ku sadar tak selamanya ospec buruk. Dari sini aku bisa lebih banyak belajar berbicara didepan umum, dari sini juga aku bisa belajar bersosialisasi dan beradaptasi dengan orang-orang baru, juga dari sini akujuga belajar beartinya kebersamaan dan pentingnya toleransi.tidak sedikit hal positif yang bisa diambil makna nya hari ini. Hingga sampai pada permainan penutup yang kembali membuat ku menjadi pameran utama. Ini semua gara-gara shandi. Ulahnya yang membuat ku sering mati gaya rupanya masih belum habis. Apa ia sengaja mengerjai ku? Ingin rasanya ku cakar potongan rambut baru kesayangannya . aku benci dia yang terus-terusan membuat aku hampir mati menanggung malu dikerumunan orang banyak. Di permainan penghibur penutup hari itu, aku terpaksa harus berdansa manis dengan salah satu masen. Setiap yang mendapat bola kejutan itu akan mendapatkan hukuman sesuai yang tertera dibiliknya. Karena kita sama-sama mendapat bola pink hasil lemparan kesana-kemari dari para peserta yang lain kedua kubu. Dan bola pink bertuliskan kata “dansa” itu jadi pemicu ku merasa pusing tujuh keliling, apalagi akan dipasangkan dengan shandi. Canggung ini menyergap seluruh jiwa serta raga ketika music dan kaki kami mulai berjalan. Dia menatap mataku dalam seolah menikmati detikdemi detik. Aku risih menghadapinya. Ingin segera ku tuntaskan hari ini dan buru-buru pulang ketika music berhenti. Namun pengharapan ku pupus. Ketika music selesai, aku makin dibuat syok. Dari balik jas merah maroon nya ia mengeluarkan setangkai bunga. Yang aku tau itu sosok bunga mawar putih mekar. Hey, apa ini kebetulan?! Dari mana ia tau kecintaan ku pada mawar putih. “Mawar cantik ini sebagai hadiah untuk gadis cantik yang menemaniku berdansa tadi”, katanya terang. aku diam membakut menatap matanya dalam-dalam mencoba mencari tau apa arti dari semua perlakuan janggal nya ini. Rupanya tak sampai disitu, ada sesuatu yang lain yang ia keluarkan. Penampakan nya seperti chocolate batangan terbungkus rapi. “Dan cokelat manis ini juga sebagai hadiah juga untuk gadis manis yang sedari tadi menatap mata ku lama. Rupanya mataku begitu indah untuknya”, jelas nya dihadapan yang lain. Gemuruh tawa dan siulan bising dari makhluk-makhluk itu sontak membuat ku tersadar. Aku tertunduk menatap tanah berumput yang seakan-akan turut menggodaku. Aku tak tau harus kemana mengadu, ini sangat menyebalkan. Ia terbangkan aku tinggi lalu hempaskan ku ke bumi.




Tak cukup puas, rendy meneruskan kata-kata dihalaman berikutnya. Halaman kedua dari belakang.Tertulis :


Hari Ospec ke-Dua ....
Hari ini entah mengapa ia terlihat lebih menarik dari sebelumnya. Mungkin kah dengan potongan rambut barunya yang oke punya itu menjadi salah satu alasan. Atau baru hari ini aku melihat senyumannya. Astaga mengapa aku begitu memperhatikan. Ia sama sekali bukan tipeku. Lagipula aku masih belum bisa melupakan Gilang. Oh iya akhir-akhir ini mengapa lebih sering menyebut malaikat menyebalkan itu daripada mantan kekasih terbaikku. Aku jua tak habis pikir. Apa ia berhasil mengkontaminasi pikiranku dengan gaya-gaya nya yang sok cool dan sok baik hati. Kala itu waktu ia menegur dan menyuruhku menghampirinya ke depan. Hampir saja ingin berhenti bernafas, sudah berpikiran yang tidak-tidak. Tapi apa yang ia perbuat? Daya pikirku bahkan tak mampu menerobos bagaimana jalan pikirannya. Begitu aku sampai dihadapan balkonnya. Ia turun dan menghampiri. “nama kamu shofie ya? Sepertinya dari tadi kamu tak memperhatikan saya. Apa kamu sedang tidak enak badan?, katanya datar sambil meletakkan telapak tangannya terbalik memeriksa jidatku yang sedikit panas. Ia kembali tersenyum. “Kamu bisa pulang jika mau, atau saya antar jika mau”, sambungnya masih dalam posisi yang sama. Aku harap muka ku tak memanas sekarang. “Apaan sih ka, saya baik-baik saja kok” aku berusaha bicara sambil menepis tangan nya dari atas keningku. Alhasil kami jadi pusat perhatian makhluk-makhluk disana. Dengan raut muka nya mereka tertawa kecil tanpa suara. Sungguh ini menyebalkan. Ingin …



“Ingin apa ka?!!! Hah? Ingin apa? Ingin sekali ku cincang-cincang mulut kau sekarang kak!!
kak sudah terlalu jauh memporakporandakan privasi ku, teriak shofie sambil memukul pintu kamar. Belum habis kalimat terakhir rendy untuk menyelesaikan pembacaan mengasyikkan tersebut. Akhirnya penunggu kamar muncul mendapatinya seseorang merusak privasinya. Shofie menghampiri kakanya dengan kepala bertanduk dua. “ka Rendy sekarang keluar kak. Jangan bicara sama shofie lagi”, kata nya sambil mendorong manusia sedarah itu terseret keluar kamar. Shofie menutup pintu dengan keras. Rendy sedikit merasa bersalah. “Sorry adik ku tersayang, gak sengaja gua. Btw, kayaknya gua kenal sama tuh shandi loh!” , rendy juga teriak sambil beranjak pergi. Dari balik pintu shofie masih berdiri berpangku tangan memasang wajah tak bersahabat. Mendengar kata kakaknya yang ternyata mengenal shandi. Ia mulai ikut-ikutan ketularan virus kepo. Sejak itu ia berniat mencari informasi lebih lanjut dengan kakaknya. Untuk itu dengan sangat terpaksa ia harus berbicara manis, melanggar apa yang tadi baru saja ia katakan saat marah pada kakanya. “Baiklah aku mengalah, siapa sih shandi sebenarnya? Apa hubungannya dengan kak Rendy. Bukan kah mereka beda kampus? Apa mereka pernah berteman? Tapi kapan? Apa shandi kenal sama aku sebelumnya? Apa aku pernah melihat ia sebelumnya? Tak sedikit pertanyaan-pertanyaan menggerayangi otakku. “Loh, kenapa aku begitu memikirkan nya”, batin ku bertanya. “wah, ada yang tak benar. Harusnya sudah ku acuhkan segala yang berhubungan dengannya. Lagipula ospec telah usai, dan aku tak kan berurusan dengannya lagi”, terus dan menerus batin dan otakku bersahutan. Tak mengikuti irama, keduanya saling berseberangan tak peduli waktu sekarang yang sudah larut malam.


*flashback berakhir *




maaf readers untuk keterlamabatan posting. ini edisi part nya nyatu. coming soon part 6. :)

Minggu, 16 November 2014

Hey Norak! Love You Part 3 " Kejutan Shandi? "

11-08-2010


“ …Hal yang tak biasa terjadi. Aku bisa tidur nyenyak semalaman tadi bahkan tidur lebih awal tanpa dihiasi adegan-adegan ngenes meratapi nasib dikamar seperti malam-malam sebelum-sebelumnya. Entah zat senyawa positif mana yang menyelundup masuk ke dalam ragaku hingga aku benar-benar terbius kantuk. Semuanya berbanding terbalik dengan kebiasaan ku tidur larut malam bahkan sampai menjelang pagi. Kebiasaan buruk ku yang entah sampai kapan akan berakhir. Mungkin dari sekarang aku harus mengubahnya? Bukankah perubahan adalah tindakan nyata kita untuk jadi manusia yang lebih baik. Haruskah aku terus berlarut-larut dalam kesakitan hati itu? Aku berusaha namun ini sungguh sulit. Melupakan seseorang yang sangat kita cintai seperti mengingat seseorang yang sama sekali tak pernah kita kenal sama sekali. Tuhan, aku tau semua akan indah pada waktunya. Jika memang ia tercipta untukku kembalikan ia kesisiku. Jika memang ia tidak akan kembali ke dalam rengkuhanku, tolong ajari aku membuka hatiku lagi……..” tulisku sambil menguatkan hati.






akhirnya air mata bening ku gugur jua mengiringi kalimat terakhir di halaman entah keberapa buku diary ini. Tak terasa sehalaman penuh sudah kugoreskan dengan kata-kata melankolis pagi ini. Ya sekarang pagi. Setelah tadi kuselesaikan kewajibaan dua rakaat ku kepada Tuhan. Duduklah manis di meja belajar bewarna pink kesayanganku saat ini. Ku seka air mata yang masih tertinggal dipelupuk mata. Kurasakan dingin memeluk hati ini. Bahkan selimut tebal yang sedang ku lilitkan ke badan sekarang tak cukup menhangatkan nya. Bahkan segelas teh panas yang kuseduh jua tak cukup meluluhkan perasaan dingin didalam sana.



Setelah kurasa cukup menuangkan kedilemaan ku lewat barisan-barisan tulisan. Baru saja ku ingin beranjak bangun dari kursi, dering ringtone “dear god by avenged sevenvold” dari ponselku membuatku kembali duduk manis dan menyinggungkan senyuman seketika kuliat pesan singkat dari dinda. “Shofie jangan lupa bawa seperangkat alat perang buat ospec hari ini ya. Ayo semangat beib. Malaikat mu dikampus menunggu hha :p”, tulis sahabatku. Pesan itu terbaca jelas dari layar ponsel touchscreenku. Keningku mengerut membacanya. Bibirku kumajukan beberapa detik. Dalam hati aku menggerutu dan heran sebenarnya tuh anak niatnya menyemangatin atau malah mengejek.



Sekejap aku mengingat lagi apa yang terjadi kemaren. Peristiwa tabrak tak sengaja ala-ala ftv di ditelevisi, insiden dikampus hari pertama sehari yang lalu berakhir dengan semburat merah ranum di pipiku. Aku malu. Ketua gerombolan masen itu jadi pusat perhatianku kala itu. Benar, ternyata ia yang ku tabrak. Sesuai informasi yang dinda kirim ketelingaku lewat bisik-bisik. Hari itu setiap kata-kata instruksi yang ia ucapkan di toa itu benar-benar kudengarkan baik-baik. Aku hanya ingin memastikan tak ada sindiran yang mengarah padaku atas insiden tersebut. Dan puji syukur lagi-lagi ia mengabaikanku. Ia hanya mengarahkan kami semua hal-hal yang perlu kami siapkan besok hari. Ya hari itu ternyata hanya ada sejumlah pengarahan, perkenalan singkat masen. Tak ketinggalan ketuanya, Shandi Muhammad Azhar nama si malaikat izrail ku.





Selajutnya kami diperbolehkan beranjak pulang go home. Hmm rupanya penderitaan tak dimulai hari ini, tapi besok”, pikir ku kala itu. Dengan langkah gembira, mereka teman-teman kampusku yang lain sontak bubar. Sambil berjalan ke parkiran kampus tak ketinggalan dinda disamping kananku beriringan. Rupanya ada kejutan tak biasa dari samping kiriku. “Lain kali jangan telat lagi. Tak ada ampun untuk tabrakn kedua”, kata seseorang sambil melewati ku. Astaga shandi! Berasa mati berdiri saat itu. Sial, dinda malah tertawa terbahak-bahak. Tak puas kah melihat aku tersambar petir fatamorgana barusan-_-. Flashback berakhir.



dering ponsel kembali berseru sukses membuyarkan lamunanku. Sms lagi. “jemput aku ya beib. Lagi pengen dibonceng nih”, pesan dinda. Dasar semena-mena. Dengan setengah ikhlas ku jawab sms nya “iya!”. Tak ingin mengulangi kesalahan kedua untuk tidak telat lagi, sesegera mungkin ku ambil shower. Masih ada waktu 1 jam sebelum upacara hari ini dimulai. Tanpa ba bi bu kaki tangan ku mulai bergerak bergerak menyiapkan semuanya.






Bersama si bawel dinda kami sudah berada di parkiran kampus. Selama diperjalanan tak henti-henti ia membicarakan hal-hal yang sebenarnya tak terlalu penting. Dari mulai ia ketemu gebetan baru di social media sampai ia dapat followback dari artis idolanya. Dan satu yang menyebalkan, ia membahas insiden 4S (Shofie dan Shandi Serasi Sekali) istilah yang ia buat sendiri. Nah lo tanduk ku sepertinya akan menjulang keatas saat ini.-_- cubitan ditangannya berhasil membuat ia bungkam sesaat tak melanjutkan ocehan. Namun ini tak berlangsung lama kembali ia bercuit-cuit ria. Cuma bisa bersabar dan bersabar karena dibalik kecerewetannya ia sosok sahabat yang sangat peduli. Ini harus kuakui.






Pret!!!!! Suara melengking dari peluit para mahasiswa senior makin membuat kupingku dan teman-teman lainnya yang baru saja datang memanas. Menyalahi aturan. Ini lebih awal dari yang dijanjikan di jadwal. Ahh selamanya masen selalu benar dan maba selalu salah. Urrgh. Bagaikan kawanan domba Kami semua berlari menuju ke penggembalanya. Tak terkecuali juga aku, cuma sekarang dengan jurus kehati-hatian agar tak jatuh lubang yang sama. Menubruk satu shandi sudah lebih dari cukup dari shandi-shandi yang lain.




Hari ospec kedua. Penampilan kami hari ini begitu wow. Cermin pun tertawa. Layaknya badut kami lucu sekali. Berpenampilan berjas, rambut dikepang dua, berkalung tali rapia dan papan nama bertuliskan nama“Shofie” serta kaus kaki berbeda sebelah, memakai emping bayi segala, tak lupa balutan warna merah menggambari kedua belah pipi. Persis seperti orang tak waras. Mungkin dengan cara ini masen terpuaskan batin visualnya membalas apa yang pernah mereka juga alami ketika pertama kali memasuki perguruan tinggi. Deretan orang tak waras sudah dipersiapkan sedemikian rupa membentuk sebuah formasi lingkaran melapis.



Upacara pembukaan ospec yang dipimpin oleh shandi berjalan dengan sukses. Dari atas podium malaikat itu kini berdiri dengan gagahnya. Dan dari atas rumput yang halamannya aku duduki sekarang, sesaat ia menyapu pandanganku. Ia terlihat mempesona hari ini. Aku Cuma bisa tersenyum kecut. “hey tunggu dulu ia meliat kearah ku!”, batinku menggelitik. Dengan mata tak berdaya ku balas tatapan matanya. Ia terseyum. Harus ku akui senyum nya manis, tapi aku tidak tertarik pada malaikat izrail.



Mencoba mengalihkan pandangan kesekeliling dan menulikan telinga sesaat. “Shof..colek dinda. Beberapa kali dinda coba menggangguku yang asik melihat objek baru ada sebuah taman bunga disebelah barat kampus yang menarik perhatianku. Mencoba menghentikan aksi dinda, ku melihatnya dengan membelalakkan sepasang mataku seperti tatapan ingin membunuh. Ia membalas nya dengan lebih sadis layaknya tatapan ingin memutilasi. Aku terperanjat melihat responnya. Ia menoleh ke depan mengajak samar agar aku melihat ke arah yang sama. Aku terperengah.



Dalam penglihatan kasarku dari jauh seseorang yang baru-baru ku kenal itu melambai-lambai berkata sesuatu “Hey kamu. Iya kamu. Shofie? Dari tadi saya panggil. Kemari kamu. Kedepan sini!!, Terdengar dengan nada marah. Dengan gugup terbata-bata, aku jawab “saya kak?” dengan isyarat gerakan jari telunjukku menuju ke muka empunya sendiri. Anggukan kepalanya dan mukanya yang datar memaksa ku berdiri dan menghampiri si Malaikat pencabut nyawa itu. Disetiap langkah kakiku yang menuju kedepan disetiap itu juga ku tarik nafas dalam-dalam. Menetralisir rasa takut, mengharapkan kedatangan dewi fortuna sekarang, berharap tak terjadi sesuatu yang buruk menimpa diriku yang nian malang ini. “Shandi oh shandi berbaikhatilah”, batinku memohon.




Nahhh bagaimana nasib Shofie? Apa yang akan diperbuat Shandi? Tunggu kelanjutannya di part 4. Coming Soon Readers. :)

Jumat, 14 November 2014

Hey Norak! Love You Part 2 " Siapa Dia? Malaikat? "

10-08-2010

Entah sinar menyilaukan dari mana yang lancang tanpa permisi masuk menerobos jendela kamarku pagi itu. Dengan sangat terpaksa lagi dan lagi kuraih tirai itu dan menggerakkan nya ke tengah mencoba menghalangi pandangan. Entah sudah keberapa kali ku melakukan aktifitas ini setiap pagi sejak malam itu. Astaga aku masih berada diatas meja belajarku . Apa saja yang ku lakukan tadi malam hingga tak sadar lagi tidak seharusnya aku tertidur dengan posisi duduk seperti ini. Oh No ini melelahkan sekali.



Bagaikan anak ayam yang baru menetas aku bergerak lambat namun pasti. Kugunakan kedua belah mataku menengok jam weker yang masih saja berdiri tegar diatas sana untuk memastikan sekarang jam berapa. Repleks langsung saja aku bangkit dari sana dan bergegas berlari kecil menuju kamar mandi. Tak disangka tak diduga hari ini aku kesiangan. Ooh damn-_- OSPEC TODAY!





Tak memerlukan waktu yang banyak kini ragaku telah berada di depan Gerbang Kampus. Terlihat sebuah spanduk besar “ welcome Maba. Tunggu kejutan kami! ” tulisan menyeramkan yang sejak kapan dikibarkan sengaja oleh para Masen. Luar biasa kalimat itu kini merasuki alam sadarku dan membuat ku sejenak lupa dengan masalah dunia lainnya. Beberapa saat setelah kerasukan sugesti spanduk kain itu, aku mulai tersadar. TELAT? Oh iya.



Tanpa perintah siapapun langsung saja ku gunakan jurus kilat mengendarai kuda besi made in Japan scooter matic berwarna cream kesayangan ku menuju ke parkiran kampus. Baru ku turun cantik dari motor suara cucu Adam-Hawa yang tak asing menyapa nyaring ke telingaku. “Shofie!!!!!!!!!!!! Teriak seseorang.



Kutengok ternyata seseorang itu adalah gadis sebaya yang kini pasang senyum cengir kuda dihadapanku sambil menggerakkan tangannya cepat menepuk pundakku. Bagaikan terhipnotis aku langsung terlonjak marah-_-. “Buset dasar elu ya dind kebiasaan bikin gue spot jantung pagi-pagi tuli gini. Gue gak mau mati muda cuma gara-gara naluri suara tarzan elu yang menggema. gue denger tauk! Gak usah pake teriak-teriak. Lu kira kita dihutan. Kalo bukan sahabat gue udah gue jadiin lemper terus gue kasih ke kucing elu! “ Gerutu ku pada Dinda. Dengan bengisnya kini ia malah menarik tangan mulus ku mengajak berlari ke suatu arah. “udah jangan mengkhotbah. Gak sadar apah dari tadi kita telat!, tutur dinda dengan nada tak biasa. Dalam hatiku menggelitik “tumben nih anak bener, ternyata ceramah gue tadi manjur juga. Hha”.





Sesampai ditempat tujuan, karena pengereman yang abal-abal habis lari marathon tadi dan penglihatan yang terpaku entah kearah mana, Sial nya aku malah nabrak seseorang. “Hey!!!! ” Nada nya terdengar terusik dengan kehadiranku. Ya tuhan pasti ini Masen disini. Jas yang ia kenakan sudah cukup membuat ku sadar kalo aku mangsanya. Nyali ku kini benar-benar diuji. Tanpa nada perang aku saat ini hanya ingin langsung melambai-lambai ke kamera kalo aku menyerah. Tak berani menatap laki-laki berperawakan tinggi dihadapanku ini, nada setengah merendah kulantunkan dengan penuh kekhawatiran. “maaf ka. Jangan hukum saya..” berharap diterima maafnya, dalam takutku saat itu juga ku kerahkan semua kemampuan ku untuk berdoa. Rupanya tuhan menghijabah doaku, laki-laki itu kini bergerak menjauhi ku seperti berlari ia menuju gerombolan kawanannya ke dalam Aula tepat dimana aku berdiri lunglai sekarang. Kutarik nafas panjang. seolah hidup kembali, aku sadar ternyata diacuhkan seseorang tidak terlalu buruk-_-.





Lagi dan lagi sahabat terjail ku ini mengagetkanku. Sepertinya sejak tadi ia hanya jadi penonton disampingku mungkin sambil mentertawakn nasib ku pagi ini. Woyy shof! Cieee mukanya merah. Falling in love ya. Godaan nya ini membuatku jengkel setengah mati. Pengen nabok ini anak kalo bisa. Tapi sayang aku terlalu lembut dan pemaaf untuk melakukannya. “Udahlah dind, yuk ke barisan. Ajak ku datar padanya. “OK, Let’s do it’, katanya sambil berjalan mengiriku dari samping. “Eh shof tadi tuh cowo ganteng banget deh. Kayaknya cocok deh sama elu, sindirnya setengah berbisik. Cuma bisa geleng-geleng. Aku tak habis pikir kenapa dinda masih bahas itu ,dia bagai malaikat izrail bagi hidup gue tadi. Iyasih mukanya gak keliatan siapa tau ya bener kata dinda kalo mukanya kayak malaikat penjaga surga. Hha wallahu allam.



Tak menanggapi ocehan dinda, aku kini bersiap bertempur batin hari ini menguatkan mental memulainya dengan berbaris militer seperti yang kami lakukan sekarang. Beberapa menit berselang gerombolan berjas merah maroon itu kembali mendatangi mangsanya dengan langkah tegap, seseorang yang seperti pemimpin gerombolan itu terlihat ingin segera mendendangkan suara tegasnya lewat Toa Kampus yang dipegangnya. Sontak aku mencuri pandang dengan dinda sebelahku, mataku berbicara seolah bertanya apakah ia yang sempat meruntuhkan nyali ku tadi. Dinda tak menjawab, yasudah lah biarkan waktu yang menjawabnya-_-.






Apa yang akan hari ini terjadi? Siapa dia? Benarkah dugaan shofie? Apa yang akan dikatakannya? Derita apa yang akan ia dapat hari ini? Tunggu kelanjutannya di part 3 readers. See you soon. :)

Kamis, 13 November 2014

Hey Norak! Love You Part 1 " Haruskah Berakhir?

10-07-2013



Hari semakin malam. Kini jarum panjang jam weker dikamarku sudah hampir menyentuh angka 12. Aku masih sibuk memikirkan kejadian hari ini sambil memainkan sebuah pena serta meneteskan air mata. Seperti biasa aku menumpahkan perasaan ku pada buku diary tak bernyawa ini. Dari atas meja belajarku sejak sejam tadi diam saja tak bergerak, seperti memperhatikan gerak-gerik si pemiliknya terpaku menerawang kalut ke balik buku bewarna kuning itu. Masih enggan menggerakkan pena ku. Entah halaman keberapa dari buku itu yang terbuka dan ternyata masih halaman kosong terpampang tanpa noda tinta sedikitpun diatasnya. Yang ada hanya beberapa titik bekas air yang gugur dari pelipis mata. Entah bala dari mana yang membuat kisah cintaku berakhir hari ini.




Tak memperdulikan bagaimana jelek raut wajahku sekarang dan seberapa lelah tubuhku saat ini. Aku sekarang masih saja menikmati keheningan malam ini dengan jurus andalan ku Diam. Aku sendiri tak tau sampai kapan posisi seperti ini dapat bertahan.Dalam pikiranku terngiang-ngiang kata kata nya siang tadi yang menyanyat hati. Perlahan namun pasti air mata kembali turun. Andaikan aku diberi satu keajaiban aku hanya akan meminta semoga hari ini tak ada. Tuhan, Aku masih ingin bersamanya.




Hingga akhirnya getaran tak berarti dari ponsel ku menyadarkanku. Ku seka air yang melintas kedua pipi Tembem ku. Dengan penuh harap ku raih ponsel itu dalam saku celanaku. Ada sebuah pesan yang kuterima entah itu dari siapa. Ada satu nama kontak yang kudoakan semoga itu dia. Dia yang hari ini sukses besar mencabik-cabik perasaan kekasihnya yang kini resmi jadi mantannya. Seketika, namun kala itu hanya gelak tawa kecil yang terdengar saat kubaca pesan itu. Operator? menyakitkan sekali. Sia sia kah aku menangisi dia sepanjang malam ini? Lagi dan lagi kembali air mata ini menetes. Mengapa tak kunjung kering? Sungguh aku lelah tapi siapa yang mau peduli.





************************
Tunggu Part 2 nya readers :* Coming Soon