Jumat, 14 November 2014

Hey Norak! Love You Part 2 " Siapa Dia? Malaikat? "

10-08-2010

Entah sinar menyilaukan dari mana yang lancang tanpa permisi masuk menerobos jendela kamarku pagi itu. Dengan sangat terpaksa lagi dan lagi kuraih tirai itu dan menggerakkan nya ke tengah mencoba menghalangi pandangan. Entah sudah keberapa kali ku melakukan aktifitas ini setiap pagi sejak malam itu. Astaga aku masih berada diatas meja belajarku . Apa saja yang ku lakukan tadi malam hingga tak sadar lagi tidak seharusnya aku tertidur dengan posisi duduk seperti ini. Oh No ini melelahkan sekali.



Bagaikan anak ayam yang baru menetas aku bergerak lambat namun pasti. Kugunakan kedua belah mataku menengok jam weker yang masih saja berdiri tegar diatas sana untuk memastikan sekarang jam berapa. Repleks langsung saja aku bangkit dari sana dan bergegas berlari kecil menuju kamar mandi. Tak disangka tak diduga hari ini aku kesiangan. Ooh damn-_- OSPEC TODAY!





Tak memerlukan waktu yang banyak kini ragaku telah berada di depan Gerbang Kampus. Terlihat sebuah spanduk besar “ welcome Maba. Tunggu kejutan kami! ” tulisan menyeramkan yang sejak kapan dikibarkan sengaja oleh para Masen. Luar biasa kalimat itu kini merasuki alam sadarku dan membuat ku sejenak lupa dengan masalah dunia lainnya. Beberapa saat setelah kerasukan sugesti spanduk kain itu, aku mulai tersadar. TELAT? Oh iya.



Tanpa perintah siapapun langsung saja ku gunakan jurus kilat mengendarai kuda besi made in Japan scooter matic berwarna cream kesayangan ku menuju ke parkiran kampus. Baru ku turun cantik dari motor suara cucu Adam-Hawa yang tak asing menyapa nyaring ke telingaku. “Shofie!!!!!!!!!!!! Teriak seseorang.



Kutengok ternyata seseorang itu adalah gadis sebaya yang kini pasang senyum cengir kuda dihadapanku sambil menggerakkan tangannya cepat menepuk pundakku. Bagaikan terhipnotis aku langsung terlonjak marah-_-. “Buset dasar elu ya dind kebiasaan bikin gue spot jantung pagi-pagi tuli gini. Gue gak mau mati muda cuma gara-gara naluri suara tarzan elu yang menggema. gue denger tauk! Gak usah pake teriak-teriak. Lu kira kita dihutan. Kalo bukan sahabat gue udah gue jadiin lemper terus gue kasih ke kucing elu! “ Gerutu ku pada Dinda. Dengan bengisnya kini ia malah menarik tangan mulus ku mengajak berlari ke suatu arah. “udah jangan mengkhotbah. Gak sadar apah dari tadi kita telat!, tutur dinda dengan nada tak biasa. Dalam hatiku menggelitik “tumben nih anak bener, ternyata ceramah gue tadi manjur juga. Hha”.





Sesampai ditempat tujuan, karena pengereman yang abal-abal habis lari marathon tadi dan penglihatan yang terpaku entah kearah mana, Sial nya aku malah nabrak seseorang. “Hey!!!! ” Nada nya terdengar terusik dengan kehadiranku. Ya tuhan pasti ini Masen disini. Jas yang ia kenakan sudah cukup membuat ku sadar kalo aku mangsanya. Nyali ku kini benar-benar diuji. Tanpa nada perang aku saat ini hanya ingin langsung melambai-lambai ke kamera kalo aku menyerah. Tak berani menatap laki-laki berperawakan tinggi dihadapanku ini, nada setengah merendah kulantunkan dengan penuh kekhawatiran. “maaf ka. Jangan hukum saya..” berharap diterima maafnya, dalam takutku saat itu juga ku kerahkan semua kemampuan ku untuk berdoa. Rupanya tuhan menghijabah doaku, laki-laki itu kini bergerak menjauhi ku seperti berlari ia menuju gerombolan kawanannya ke dalam Aula tepat dimana aku berdiri lunglai sekarang. Kutarik nafas panjang. seolah hidup kembali, aku sadar ternyata diacuhkan seseorang tidak terlalu buruk-_-.





Lagi dan lagi sahabat terjail ku ini mengagetkanku. Sepertinya sejak tadi ia hanya jadi penonton disampingku mungkin sambil mentertawakn nasib ku pagi ini. Woyy shof! Cieee mukanya merah. Falling in love ya. Godaan nya ini membuatku jengkel setengah mati. Pengen nabok ini anak kalo bisa. Tapi sayang aku terlalu lembut dan pemaaf untuk melakukannya. “Udahlah dind, yuk ke barisan. Ajak ku datar padanya. “OK, Let’s do it’, katanya sambil berjalan mengiriku dari samping. “Eh shof tadi tuh cowo ganteng banget deh. Kayaknya cocok deh sama elu, sindirnya setengah berbisik. Cuma bisa geleng-geleng. Aku tak habis pikir kenapa dinda masih bahas itu ,dia bagai malaikat izrail bagi hidup gue tadi. Iyasih mukanya gak keliatan siapa tau ya bener kata dinda kalo mukanya kayak malaikat penjaga surga. Hha wallahu allam.



Tak menanggapi ocehan dinda, aku kini bersiap bertempur batin hari ini menguatkan mental memulainya dengan berbaris militer seperti yang kami lakukan sekarang. Beberapa menit berselang gerombolan berjas merah maroon itu kembali mendatangi mangsanya dengan langkah tegap, seseorang yang seperti pemimpin gerombolan itu terlihat ingin segera mendendangkan suara tegasnya lewat Toa Kampus yang dipegangnya. Sontak aku mencuri pandang dengan dinda sebelahku, mataku berbicara seolah bertanya apakah ia yang sempat meruntuhkan nyali ku tadi. Dinda tak menjawab, yasudah lah biarkan waktu yang menjawabnya-_-.






Apa yang akan hari ini terjadi? Siapa dia? Benarkah dugaan shofie? Apa yang akan dikatakannya? Derita apa yang akan ia dapat hari ini? Tunggu kelanjutannya di part 3 readers. See you soon. :)

Tidak ada komentar: