Minggu, 16 November 2014

Hey Norak! Love You Part 3 " Kejutan Shandi? "

11-08-2010


“ …Hal yang tak biasa terjadi. Aku bisa tidur nyenyak semalaman tadi bahkan tidur lebih awal tanpa dihiasi adegan-adegan ngenes meratapi nasib dikamar seperti malam-malam sebelum-sebelumnya. Entah zat senyawa positif mana yang menyelundup masuk ke dalam ragaku hingga aku benar-benar terbius kantuk. Semuanya berbanding terbalik dengan kebiasaan ku tidur larut malam bahkan sampai menjelang pagi. Kebiasaan buruk ku yang entah sampai kapan akan berakhir. Mungkin dari sekarang aku harus mengubahnya? Bukankah perubahan adalah tindakan nyata kita untuk jadi manusia yang lebih baik. Haruskah aku terus berlarut-larut dalam kesakitan hati itu? Aku berusaha namun ini sungguh sulit. Melupakan seseorang yang sangat kita cintai seperti mengingat seseorang yang sama sekali tak pernah kita kenal sama sekali. Tuhan, aku tau semua akan indah pada waktunya. Jika memang ia tercipta untukku kembalikan ia kesisiku. Jika memang ia tidak akan kembali ke dalam rengkuhanku, tolong ajari aku membuka hatiku lagi……..” tulisku sambil menguatkan hati.






akhirnya air mata bening ku gugur jua mengiringi kalimat terakhir di halaman entah keberapa buku diary ini. Tak terasa sehalaman penuh sudah kugoreskan dengan kata-kata melankolis pagi ini. Ya sekarang pagi. Setelah tadi kuselesaikan kewajibaan dua rakaat ku kepada Tuhan. Duduklah manis di meja belajar bewarna pink kesayanganku saat ini. Ku seka air mata yang masih tertinggal dipelupuk mata. Kurasakan dingin memeluk hati ini. Bahkan selimut tebal yang sedang ku lilitkan ke badan sekarang tak cukup menhangatkan nya. Bahkan segelas teh panas yang kuseduh jua tak cukup meluluhkan perasaan dingin didalam sana.



Setelah kurasa cukup menuangkan kedilemaan ku lewat barisan-barisan tulisan. Baru saja ku ingin beranjak bangun dari kursi, dering ringtone “dear god by avenged sevenvold” dari ponselku membuatku kembali duduk manis dan menyinggungkan senyuman seketika kuliat pesan singkat dari dinda. “Shofie jangan lupa bawa seperangkat alat perang buat ospec hari ini ya. Ayo semangat beib. Malaikat mu dikampus menunggu hha :p”, tulis sahabatku. Pesan itu terbaca jelas dari layar ponsel touchscreenku. Keningku mengerut membacanya. Bibirku kumajukan beberapa detik. Dalam hati aku menggerutu dan heran sebenarnya tuh anak niatnya menyemangatin atau malah mengejek.



Sekejap aku mengingat lagi apa yang terjadi kemaren. Peristiwa tabrak tak sengaja ala-ala ftv di ditelevisi, insiden dikampus hari pertama sehari yang lalu berakhir dengan semburat merah ranum di pipiku. Aku malu. Ketua gerombolan masen itu jadi pusat perhatianku kala itu. Benar, ternyata ia yang ku tabrak. Sesuai informasi yang dinda kirim ketelingaku lewat bisik-bisik. Hari itu setiap kata-kata instruksi yang ia ucapkan di toa itu benar-benar kudengarkan baik-baik. Aku hanya ingin memastikan tak ada sindiran yang mengarah padaku atas insiden tersebut. Dan puji syukur lagi-lagi ia mengabaikanku. Ia hanya mengarahkan kami semua hal-hal yang perlu kami siapkan besok hari. Ya hari itu ternyata hanya ada sejumlah pengarahan, perkenalan singkat masen. Tak ketinggalan ketuanya, Shandi Muhammad Azhar nama si malaikat izrail ku.





Selajutnya kami diperbolehkan beranjak pulang go home. Hmm rupanya penderitaan tak dimulai hari ini, tapi besok”, pikir ku kala itu. Dengan langkah gembira, mereka teman-teman kampusku yang lain sontak bubar. Sambil berjalan ke parkiran kampus tak ketinggalan dinda disamping kananku beriringan. Rupanya ada kejutan tak biasa dari samping kiriku. “Lain kali jangan telat lagi. Tak ada ampun untuk tabrakn kedua”, kata seseorang sambil melewati ku. Astaga shandi! Berasa mati berdiri saat itu. Sial, dinda malah tertawa terbahak-bahak. Tak puas kah melihat aku tersambar petir fatamorgana barusan-_-. Flashback berakhir.



dering ponsel kembali berseru sukses membuyarkan lamunanku. Sms lagi. “jemput aku ya beib. Lagi pengen dibonceng nih”, pesan dinda. Dasar semena-mena. Dengan setengah ikhlas ku jawab sms nya “iya!”. Tak ingin mengulangi kesalahan kedua untuk tidak telat lagi, sesegera mungkin ku ambil shower. Masih ada waktu 1 jam sebelum upacara hari ini dimulai. Tanpa ba bi bu kaki tangan ku mulai bergerak bergerak menyiapkan semuanya.






Bersama si bawel dinda kami sudah berada di parkiran kampus. Selama diperjalanan tak henti-henti ia membicarakan hal-hal yang sebenarnya tak terlalu penting. Dari mulai ia ketemu gebetan baru di social media sampai ia dapat followback dari artis idolanya. Dan satu yang menyebalkan, ia membahas insiden 4S (Shofie dan Shandi Serasi Sekali) istilah yang ia buat sendiri. Nah lo tanduk ku sepertinya akan menjulang keatas saat ini.-_- cubitan ditangannya berhasil membuat ia bungkam sesaat tak melanjutkan ocehan. Namun ini tak berlangsung lama kembali ia bercuit-cuit ria. Cuma bisa bersabar dan bersabar karena dibalik kecerewetannya ia sosok sahabat yang sangat peduli. Ini harus kuakui.






Pret!!!!! Suara melengking dari peluit para mahasiswa senior makin membuat kupingku dan teman-teman lainnya yang baru saja datang memanas. Menyalahi aturan. Ini lebih awal dari yang dijanjikan di jadwal. Ahh selamanya masen selalu benar dan maba selalu salah. Urrgh. Bagaikan kawanan domba Kami semua berlari menuju ke penggembalanya. Tak terkecuali juga aku, cuma sekarang dengan jurus kehati-hatian agar tak jatuh lubang yang sama. Menubruk satu shandi sudah lebih dari cukup dari shandi-shandi yang lain.




Hari ospec kedua. Penampilan kami hari ini begitu wow. Cermin pun tertawa. Layaknya badut kami lucu sekali. Berpenampilan berjas, rambut dikepang dua, berkalung tali rapia dan papan nama bertuliskan nama“Shofie” serta kaus kaki berbeda sebelah, memakai emping bayi segala, tak lupa balutan warna merah menggambari kedua belah pipi. Persis seperti orang tak waras. Mungkin dengan cara ini masen terpuaskan batin visualnya membalas apa yang pernah mereka juga alami ketika pertama kali memasuki perguruan tinggi. Deretan orang tak waras sudah dipersiapkan sedemikian rupa membentuk sebuah formasi lingkaran melapis.



Upacara pembukaan ospec yang dipimpin oleh shandi berjalan dengan sukses. Dari atas podium malaikat itu kini berdiri dengan gagahnya. Dan dari atas rumput yang halamannya aku duduki sekarang, sesaat ia menyapu pandanganku. Ia terlihat mempesona hari ini. Aku Cuma bisa tersenyum kecut. “hey tunggu dulu ia meliat kearah ku!”, batinku menggelitik. Dengan mata tak berdaya ku balas tatapan matanya. Ia terseyum. Harus ku akui senyum nya manis, tapi aku tidak tertarik pada malaikat izrail.



Mencoba mengalihkan pandangan kesekeliling dan menulikan telinga sesaat. “Shof..colek dinda. Beberapa kali dinda coba menggangguku yang asik melihat objek baru ada sebuah taman bunga disebelah barat kampus yang menarik perhatianku. Mencoba menghentikan aksi dinda, ku melihatnya dengan membelalakkan sepasang mataku seperti tatapan ingin membunuh. Ia membalas nya dengan lebih sadis layaknya tatapan ingin memutilasi. Aku terperanjat melihat responnya. Ia menoleh ke depan mengajak samar agar aku melihat ke arah yang sama. Aku terperengah.



Dalam penglihatan kasarku dari jauh seseorang yang baru-baru ku kenal itu melambai-lambai berkata sesuatu “Hey kamu. Iya kamu. Shofie? Dari tadi saya panggil. Kemari kamu. Kedepan sini!!, Terdengar dengan nada marah. Dengan gugup terbata-bata, aku jawab “saya kak?” dengan isyarat gerakan jari telunjukku menuju ke muka empunya sendiri. Anggukan kepalanya dan mukanya yang datar memaksa ku berdiri dan menghampiri si Malaikat pencabut nyawa itu. Disetiap langkah kakiku yang menuju kedepan disetiap itu juga ku tarik nafas dalam-dalam. Menetralisir rasa takut, mengharapkan kedatangan dewi fortuna sekarang, berharap tak terjadi sesuatu yang buruk menimpa diriku yang nian malang ini. “Shandi oh shandi berbaikhatilah”, batinku memohon.




Nahhh bagaimana nasib Shofie? Apa yang akan diperbuat Shandi? Tunggu kelanjutannya di part 4. Coming Soon Readers. :)

Tidak ada komentar: